[BP] – Tatar Pakidulan
Bupati atau Dalem Cianjur yang pertama Raden Adipati Aria Wiratanudatar I mempunyai putra-puteri sebanyak 11 orang yaitu:
Raden Aria Wiramangala
Raden Aria Martayuda
Raden Aria Tirta
Raden Aria Natadimanggala bergelar Dalem Aria Kidul
Raden Aria Wiradimanggala bergelar Dalem Cikondang
Raden Aria Suradiwangsa
Nyi Mas Kaluntar
Nyi Mas Karangan
Nyi Mas Bogem
Nyi Mas Kara
Nyi Mas Jenggot
Ketika Raden Aria Wiratanudatar 1 wafat, sebagai penggantinya maka diangkatlah Raden Arya Wiramanggala putra pertamanya dengan gelar Raden Arya Wiratanu II (1691-1707).
Di tahun kedua kekuasaan Raden Arya Wiratanu II, datanglah utusan dari kesultanan Mataram yang menuntut Nagri Cianjur untuk takluk kepada kekuasaannya.
Setelah melalui berbagai macam pertimbangan, maka akhirnya Cianjur menyatakan diri tunduk dan mengakui kesultanan Mataram sebagai penguasa Cianjur.
Sikap dan pernyataan tunduk ini ternyata tidak disetujui oleh Aria Cikondang.
Aria Cikondang merupakan gelar untuk Arya Wiradimanggala, putra ketiga dari Bupati Cianjur pertama, Raden Aria Wiratanu I (1677-1691).
Kecintaannya kepada tanah air dan Nagri Cianjur serta kemampuannya dalam bidang ilmu kemiliteran menjadikan sosok Arya Cikondang dikenal dengan sikap berani dan tegasnya.
Karena sikap tegas itu pula, Arya Cikondang tidak menginginkan Nagri Cianjur tunduk kepada siapapun, termasuk kepada Kerajaan Mataram yang saat itu dikenal sebagai salah satu penguasa di Nusantara.
Hal yang berbeda dianut oleh kedua kakaknya yang lebih memilih sikap taktis dan pragmatis terhadap kekuasaan Mataram.
Sebagai panglima perang Nagri Cianjur, tuntutan itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Raden Aria Cikondang.
Dia menganggap Cianjur jangan semudah itu menyatakan diri tunduk dan takluk kepada Mataram tanpa adanya perlawanan.
Suatu sikap yang menunjukan keberanian yang luar biasa, karena harus ditebus dengan nyawa putra dari bupati Cianjur pertama tersebut.
Raden Aria Cikondang akhirnya dihukum mati oleh Mataram dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarganya dan juga seluruh pengagung dan menak Cianjur pada waktu itu.
Proses hukuman mati tersebut sangat kejam, karena tubuh Raden Aria Cikondang diikat oleh tiga ekor kuda yang berlari dengan tiga arah berlawanan sehingga tubuhnya terbelah tiga.
Sebab menurut banyak kisah, Raden Aria Cikondang memiliki ilmu kanuragan yang sangat tinggi yang menyebabkan tubuhnya tidak tembus dan mempan oleh berbagai macam senjata sehingga hukuman mati seperti itu yang akhirnya digunakan.
Tapi sebelum meninggal, Raden Aria Cikondang sempat menurunkan berbagai macam ilmu kemiliteran termasuk strategi perang warisan Kerajaan Padjadjaran kepada saudaranya yaitu Raden Prawatasari yang dikemudian hari akan dijadikan modal untuk memimpin pemberontakan besar yang mengguncang kekuasaan VOC Belanda di seluruh daerah Tatar Sunda.
Makam Raden Aria Cikondang terletak di Kp. Songgom Desa Cikondang Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.
Kuncen komplek makam tersebut adalah Abah Ade yang merupakan salah satu turunan dari Raden Aria Cikondang.
Abah Ade ini merupakan sesepuh dan tokoh di daerahnya. Selain sebagai kuncen makam Raden Aria Cikondang, Abah Ade juga sering menerima tamu yang membutuhkan pertolongan dan pengobatan alternatif.
Menurut Abah Ade bagi para pengunjung atau peziarah dilarang memakai baju batik ketika memasuki komplek makam, dan yang kedua ketika datang cukup niatkan untuk berziarah, karena tempat meminta hanyalah Allah SWT bukanlah orang yang sudah meninggal.
“Bulan September 2020 Insya Allah akan dilaksanakan proses pemugaran dan perbaikan komplek makam oleh satu keluarga dari Kangjeng Dalem Raden Aria Cikondang”. kata Abah Ade.
Sedangkan menurut salah satu keluarga yang juga masih keturunan Raden Aria Cikondang, Kunci Kekuasaan Cianjur itu ada di tiga tempat, Kunci Pertama ada di daerah Cikundul, Kunci Kedua ada di daerah Gunung Jati Jebrod dan Kunci yang ketiga ada di daerah Cikondang.
Sekarang ini nama Raden Aria Cikondang diabadikan menjadi nama sebuah jalan yang melewati jalur Dinas PU dan jembatan Cianjur sampai ke arah jalan Siliwangi yang melewati Lembaga Pemasyarakatan Cianjur dan biasa disingkat dengan nama jalan Arciko. [berbagai sumber/suradipati]
Komentar