PENDAPAT MASYARAKAT CIANJUR TENTANG PILKADA 2020
Sekumpulan anak muda tampak sedang asik mengobrol dan bersenda gurau di salah satu deretan warung kopi lapangan Joglo. “Pilkada sekarang tidak seramai dulu, bahkan ada tetangga yang sama sekali tidak tahu siapa saja calonnya.” ujar Yanti selaku kaum milenial mewakili teman-temannya. Gadis berparas manis warga pasar beas ini mengatakan bahwa suasana Pilkada Cianjur 2020 tidak seperti lima tahun yang lalu
Senada dengan Yanti, Dahliani warga Cianjur Kota mengungkapkan bahwa pilkada sekarang berbeda dalam suasana dan juga kondisinya. “Pilkada sekarang terasa camplang, dan saya bersama keluarga kurang antusias untuk mengikuti dan membahasnya”, ujar gadis ayu ini.
Lain lagi dengan Andi pedagang di Ciranjang, pria gagah berkumis tebal ini mengatakan Pilkada Cianjur 2020 saat ini tidak menarik karena tidak ada rasa ketertarikan terhadap calon yang ada saat ini. “Pilkada ayeuna asa hoream jeng eweuh rasa nanaon ka kabeh calon”, ujarnya.
Ujang pria asal Cidaun yang tidak pernah lepas kopiah haji warna coklat ini mengungkapkan bahwa Pilkada saat ini tidak membuat dirinya antusias akibat faktor ekonomi yang dia rasakan berat akibat pandemi Korona. “Mikiran beuteung sorangan we ayeuna mah. Pas waktuna nyolok kumaha engke”, katanya.
Adapun Arid, bapa muda beranak dua korban PHK beberapa waktu yang lalu dan selalu menolak ketika ditawari rokok ini mengatakan, “Ayeuna mah aa mikiran jang dahar ge bingung, jang naon mikiran nu kitu, leuheung lamun aya untungna keur urang”.
Berbeda dengan yang lain, Enung seorang ibu rumah tangga tampak begitu antusias dan bersemangat membahas dan mengulas tentang Pilkada Cianjur 2020. Dengan semangat 45, ibu muda ini menjelaskan visi dan misi salah satu calon bupati. Dengan keyakinan seblak pedas level 9, dia mengatakan bahwa seandainya calon yang didukungnya naik, maka Cianjur akan maju dan sejahtera.
ANALISA KANG ENEN TENTANG PILKADA CIANJUR 2020 YANG TERKESAN DINGIN
“Saya membaca sebuah media lokal, dana kampanye pemilihan kepala daerah 2020 Kabupaten Cianjur masing-masing calon ditetapkan dengan besaran maksimal Rp. 110 Miliar dan menjadikan Cianjur menjadi daerah dengan batas dana kampanye terbesar se-Indonesia pada Pilkada serentak 2020”, kata kang Enen dalam sebuah obrolan santai.
Dengan batasan dana kampanye sebesar itu, seharusnya Pilkada Cianjur bisa ramai dan hidup, tapi pada kenyataannya justru malah menjadi semakin dingin dan sepi.
Menurutnya ada banyak hal yang membuat suasana pilkada di Cianjur terkesan sepi, dingin dan minim antusias dari masyarakat.
Korona telah menjadi faktor utama penyebab suasana pilkada Cianjur menjadi sepi. Di dalam PKPU 2020, terdapat jenis kegiatan yang dilarang dalam masa kampanye yang meliputi rapat umum; kegiatan kebudayaan berupa pentas seni, panen raya, dan/atau konser musik; serta kegiatan olahraga berupa gerak jalan santai dan/atau sepeda santai.
Sedangkan semua kegiatan tersebut di atas merupakan sebuah kegiatan yang lazim dilaksanakan pada pilkada sebelumnya dan membuat suasana pilkada bisa lebih hidup dan ramai. Tapi harus dipahami bahwa pelarangan tersebut diambil untuk menghindari adanya klaster baru korona dan buat kebaikan masyarakat itu sendiri.
Faktor ekonomi akibat pandemi korona juga memberikan pengaruh. Banyaknya masyarakat yang kena PHK dan kehilangan mata pencahariannya secara nyata dan jelas memberikan pengaruh besar terhadap antusias masyarakat terhadap pesta demokrasi ini.
Jangan dipungkiri juga, adanya bakal calon kuat yang tidak masuk bursa membuat pilkada menjadi kurang greget. Para pendukungnya mengalami kekecewaan dan menjadi skeptis. Kalau diibaratkan seperti Liga Indonesia tanpa Persib, maka dijamin bakal garing atau camplang.
“Ada calon yang menjadi sorotan publik karena dianggap kuat dan memang kuat ternyata harus terpental. Bisa dipastikan para pendukungnya yang fanatik kecewa dan marah yang kemungkinan berujung pada sikap skeptis terhadap pilkada kali ini, kecuali mereka menemukan pijakan baru”.
Selain itu adanya kemungkinan rasa tidak percaya sebagian masyarakat atas para calon yang sedang bertarung saat ini. Ini merupakan tugas berat para calon bupati dan timses bagaimana caranya membangkitkan kepercayaan masyarakat bahwa mereka merupakan stok dan pilihan terbaik yang ada saat ini.
“Coba itu para calon bupati dan timsesnya yakinkan masyarakat bahwa mereka itu memang layak buat jadi nahkoda Cianjur berikutnya”, jelas kang Enen.
Harus dipahami juga, proses pilkada ini bisa dianalogikan dengan proses marketing atau jualan barang. Calon bupati ibarat barat dagangan atau goods dan tim suksesnya adalah para sales dan tenaga marketing, sedangkan masyarakat sebagai pembeli atau buyer.
Tugas timses bagaimana caranya agar calon mereka bisa dikenal dan dibeli dan bahkan kalau bisa diborong habis oleh masyarakat lewat kotak suara.
“Coba saja kita bayangkan, ada barang bagus tapi penjualnya memble, males nawarin barang ke konsumen ya ga bakal laku itu barang. Bisa juga sebaliknya, walaupun barangnya jelek, akan tetapi salesnya pintar merayu dan lincah mengetuk pintu rumah konsumen, bisa laku dan habis terjual itu barang. Tadi ada masyarakat di daerah kota yang tidak tahu sama sekali nama-nama calbupnya. Miris buat timsesnya itu”.
Menurut Kang Enen, Pilkada pastinya memakan biaya yang sangat besar. Sebab bisa dipastikan tiap calon telah menyiapkan anggaran besar untuk biaya pertarungan. Perputaran uang yang besar ini seharusnya bisa membangkitkan ekonomi masyarakat sehingga antusiasme pun meningkat.
“Harus diingat, pilkada ibarat lari marathon yang membutuhkan stamina dan nafas yang panjang dari tiap peserta”. jelasnya.
Tapi pada kenyataannya malah tidak terjadi dan sebagian besar masyarakat pun tetap dalam sikap dingin mereka. Ini merupakan sebuah tanda tanya besar.
Ada kemungkinan dana operasional dari para calon calon bupati kepada para timses atau pendukungnya terhambat. Hal itu bisa jadi karena para calon mengumpulkan amunisi menjelang detik akhir pertempuran atau alasan lainnya.
“Bisa saja saat ini dana kampanye sedikit mengalirnya buat persiapan amunisi menjelang pertempuran besar di akhir. Atau bisa juga terjadi karena alasan lainnya,”
CARA MENINGKATKAN ANTUSIASME MASYARAKAT
Ketika ditanya soal cara meningkatkan antusias sebagian besar masyarakat terhadap pilkada Cianjur 2020 yang terkesan dingin, Kang Enen menjawab dengan gamblang.
Menurutnya alirkan dana yang lancar buat timses bisa membuat mereka leluasa bergerak di masyarakat.
Selain itu, timses para calon bupati harus menjadi seorang marketing yang punya konsep dan strategi yang baik dan matang. Bagaimana caranya pembeli langganan kita jangan kabur, pembeli baru bisa datang dan langganan orang bisa kita ambil.
“Masa kalah sama tukang obat pinggir jalan yang bisa ngumpulin banyak orang dan bikin macet trotoar”.
Lebih lanjut kang Enen menjelaskan bahwa saat ini para calon dan timses seperti kebingungan, karena mereka telah terbiasa bermain dengan pola lama dan konvensional. Ketika dihadapkan pada pola permainan yang berubah total akibat pandemi, mereka seperti tidak siap.
“Berdasarkan pengamatan selama ini, mohon maaf kalau saya katakan para timses sekarang seperti kurang mempunyai konsep jelas. Kalau bisa itu para timses baca buku marketing dan pahami juga konsep teori psikologi massa biar ada wawasan dan pemahaman tambahan”.
Menurut Kang Enen kalau mau sedikit berfikir dan melihat ke belakang, ada pidato presiden Jokowi yang bisa dijadikan kata kunci untuk menghidupkan pilkada yang terkesan dingin dan sepi peminat.
“Ada yang menarik dari pidato pak Jokowi. Presiden dalam salah satu pidatonya pernah mengatakan mari kita jadikan kondisi saat ini sebuah momentum kebangkitan digital”. paparnya.
PENDAPAT KANG ENEN MENGENAI PARA CALON
Seperti yang kita ketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Cianjur pada Rabu 23 September 2020 telah resmi menetapkan empat pasangan calon Bupati Cianjur termasuk petahana.
Keempat pasangan calon tersebut adalah:
Herman Suherman – TB Mulyana yang diusung koalisi lima parpol.
Oting Zaenal Mutaqien – Wawan Setiawan diusung dua parpol.
Lepi Ali Firmansyah – Gilar diusung dua parpol.
Toha – Ade Sobari dari jalur perorangan.
Ketika ditanya pendapatnya secara pribadi soal kelebihan dan kekurangan mereka, Kang Enen menjawab singkat.
“Tong ngobrol wae! Geus peuting! Waktuna sare!” [sumber: bewarapakuan]
Komentar
1 komentar